
Kenali 2 Tipe Branding: Logika vs Rasa
Dalam dunia bisnis marketing, branding bukan lagi sekadar soal logo dan slogan menarik. Branding kini menjadi senjata utama dalam memenangkan hati dan pikiran konsumen. Namun, pendekatan terhadap branding tidak hanya satu. Ada dua pendekatan utama yang sering digunakan oleh teman-teman brand development di FULLSTOP Branding Indonesia: branding berbasis logika (fungsi) dan branding berbasis rasa (emosi).
Sebagai salah satu creative agency yang jadi andalan family business di Surabaya, FULLSTOP percaya bahwa memahami dua tipe branding ini adalah langkah awal dalam menyusun branding strategy yang efektif dan relevan. Jujur saja, masih banyak sekali teman-teman family business owner yang menanyakan hal ini ke FULLSTOP ketika pertama kali berkonsultasi untuk brand activation. Jadi kali ini, FULLSTOP akan sedikit membahas tentang perbedaan branding logika dan branding rasa, serta bagaimana memilih brand positioning yang tepat untuk bisnis Anda.
Apa Itu Branding Berbasis Logika?
Branding logika adalah pendekatan yang menekankan pada fitur, fungsi, dan keunggulan produk atau jasa secara rasional. Brand jenis ini berfokus pada nilai guna: mengapa produk ini lebih baik, lebih cepat, lebih murah, atau lebih tahan lama dibanding pesaingnya.
Contoh klasiknya adalah iklan handphone android seperti Oppo atau Xiaomi, dan perusahaan teknologi atau manufaktur lainnya. Ketika beriklan, mereka akan selalu menekankan efisiensi, kualitas, atau spesifikasi teknis. Entah dari segi kamera berapa megapixel, storage bisa mencapai sekian gigabytes, dan fitur-fitur teknis lainnya yang membuat brand tampak “keren”. Konsumen yang membeli karena branding logika biasanya membuat keputusan berdasarkan data, perbandingan harga, atau performa produk.
Ciri-ciri branding berbasis logika adalah sebagai berikut.
- Komunikasi berisi fakta dan data.
- Menonjolkan USP (unique selling proposition).
- Target audiens: konsumen rasional yang mencari nilai fungsional.
- Bahasa visual: clean, profesional, langsung.
Di FULLSTOP Branding Indonesia, kami menyarankan branding logika untuk bisnis yang memang memiliki keunggulan teknis yang ingin ditekankan—misalnya, layanan logistik, produk elektronik, atau solusi B2B berbasis efisiensi. Apalagi, kalau memang tidak ada kompetitor lain yang mempunyai keunggulan teknis tersebut!
Apa Itu Branding Berbasis Emosi?
Berbeda dari pendekatan logika, branding rasa adalah strategi yang menekankan hubungan emosional antara brand dan konsumennya. Ini tentang bagaimana brand membuat konsumen merasa, bukan sekadar apa yang ditawarkan.
Brand yang menggunakan pendekatan ini sering kali membangun narasi, storytelling, dan simbol-simbol emosional yang kuat. Misalnya, brand fashion yang mengangkat isu pemberdayaan perempuan atau brand makanan yang membangun nostalgia masa kecil.
Beberapa ciri-ciri branding berbasis emosi atau rasa adalah sebagai berikut.
- Komunikasi berisi cerita, perasaan, dan nilai.
- Menonjolkan identitas, gaya hidup, dan aspirasi.
- Target audiens: konsumen emosional, pencari koneksi.
- Bahasa visual: ekspresif, humanis, penuh warna.
Sebagai branding agency yang banyak membantu family business Surabaya, FULLSTOP memakai strategi brand positioning emosional ini ketika dari client sendiri memiliki story yang bisa diangkat. Contohnya seperti Yellow Duckling, brand IP character hasil buatan FULLSTOP Branding Indonesia. Meski memiliki lini produk sticker dan boneka, tapi narasi yang diangkat tidak pernah tentang spesifikasi produknya. Yellow Duckling lebih banyak memberikan cerita-cerita agar audience merasa relate dengan kehadiran Yellow Duckling. Hasilnya? Storytelling ini membangun interest audience hingga FYP jutaan views di video-video reels dan TikTok Yellow Duckling.
Mana yang Harus Dipilih?
Jawaban singkat: tergantung bisnis, target audience, dan brand positioning masing-masing.
Branding logika akan lebih cocok untuk produk atau brand yang memiliki keunggulan teknis yang jelas. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, apalagi kalau tidak ada kompetitor yang mempunya USP tersebut. Sudah pasti strategi branding logika (menonjolkan spek) akan sangat efektif untuk branding dan marketing. Selain itu, karena strategi branding ini sangat rasional, maka pengaplikasian branding berbasis logika juga akan cocok untuk ditargetkan ke target audience dengan profesi profesional atau pebisnis. Di sini, kita bisa menonjolkan efisiensi, akurasi, atau daya tahan, semua yang berbau spesifikasi produk dengan sangat efektif.
Kebalikannya, branding berbasis emosi tidak akan efektif apabila yang ingin kita tonjolkan adalah produknya. Karena di sini, branding akan lebih menghighlight gaya hidup, aspirasi, atau budaya. Bagaimana dengan mempercayai brand ini, kita bisa membangun komunikasi dan koneksi, untuk menciptakan loyalitas jangka panjang.
Kalau boleh disingkat, branding berbasis logika berfokus pada PRODUK, sedangkan branding berbasis rasa fokus pada BAGAIMANA produk berimbas pada hidup kita.
Di sinilah peran branding agency yang terpercaya bisa membantu untuk menentukan branding strategy dan brand positioning yang paling tepat. Karena apapun pendekatannya, logika atau rasa, semuanya bermuara pada satu hal yaitu brand positioning. Ini adalah tentang bagaimana brand kita ingin dikenali di benak audience. Apakah sebagai brand terpercaya yang efisien? Atau sebagai brand yang mengerti dan mewakili perasaan konsumen? Atau tidak menutup kemungkinan, keseimbangan antara logika dan rasa?
Tidak Ada Salah atau Benar, Cari Strategi yang Tepat
Yang jelas, strategi branding tidak bisa dibuat asal. Butuh pemahaman mendalam dan market research supaya bisa memahami behaviour target audience dan USP dari bisnis / produk / jasa yang ditawarkan. Itulah mengapa proses brand development yang dilakukan FULLSTOP Creative Agency Surabaya selalu bertahap. Bukan asal design logo yang bagus saja, tapi FULLSTOP sebagai creative agency selalu menggarap logo yang bermakna. Seperti brand development untuk Wizzmie, dengan visual ungu dan pink cerah. Kalau bahas sampai detail, ada alasan dan research mendalam di balik pemilihan visual seperti ini kok!
Untuk teman-teman family business owner yang punya ide-ide bisnis baru, semoga artikel hari ini bermanfaat untuk pengembangan branding strategy-nya ya! Dan semoga dengan branding agency siapa pun, strategi yang diambil bisa tepat sasaran dan efektif untuk membangun loyalitas customer ke depannya.