Brand Battle: Indomie vs Mie Sedaap

Brand Battle: Indomie vs Mie Sedaap

Posted by Fullstop Indonesia on 10 February 2024

Siapa yang nggak suka dengan aroma harum mie instan yang menggugah selera? Ketika bau rempah-rempah mulai menyebar di udara, siapa pun pasti langsung teringat pada kenikmatan sepiring mie goreng di tengah kesibukan sehari-hari.

Kalau FULLSTOP Branding Agency Indonesia sih menganggap mie instan adalah comfort food ya. Ini karena mie instan tergolong mudah untuk dimasak, murah, dan memberikan rasa yang akrab dan memuaskan, terutama dalam situasi stres atau ketika ingin makan sesuatu yang cepat dan praktis.

Teman-teman juga pasti tahu kalau di antara semua brand mie instan yang ada di pasaran, ada dua nama yang seringkali menjadi perbincangan hangat: Indomie dan Mie Sedaap. Terbukti dari hamparan toko-toko kelontong di sudut kota hingga rak-rak supermarket megah, kehadiran Indomie dan Mie Sedaap selalu mencuri perhatian. Tersedia dalam berbagai varian, mulai dari mie goreng hingga mie kuah, kedua brand ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari meja makan masyarakat Indonesia.

Ngomong-ngomong tentang Indomie, teman-teman ingat nggak kabar viral perang dingin antara Indomie dengan Mie Gaga?

Well, FULLSTOP Creative Agency Surabaya sebelumnya pernah membahas mengenai berita tersebut. Dari siapa sebenarnya pencipta Indomie, keterkaitan antara dua brand tersebut hingga apakah viralnya kedua brand tersebut merupakan marketing strategy yang dibuat secara sengaja?

Berita yang muncul pada waktu itu, entah disengaja atau tidak, tampaknya menjadi bagian dari marketing strategy untuk Mie Gaga. Hal ini membuat nama brand tersebut jadi perbincangan di kalangan masyarakat. Di sisi lain, walaupun terdapat isu penurunan saham Indomie yang beredar, nama brand tersebut juga ikut terangkat dan popularitasnya tetap meningkat. Ini menunjukkan bahwa loyalitas konsumen terhadap Indomie tetap kuat.

Kok bisa Indomie masih tetap eksis dan memiliki konsumen yang loyal? Dan apakah populernya Indomie mampu menyaingi kompetitornya yaitu Mie Sedaap?

Yuk, langsung saja FULLSTOP Branding Agency Indonesia jelaskan marketing strategy apa yang keduanya gunakan sehingga menjadi rival dalam dunia mie instan.

Indomie

Seperti yang FULLSTOP Creative Agency Surabaya sampaikan di sini, Indomie mulai muncul sekitar tahun 1970. Mereka memperkenalkan varian pertamanya yaitu Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam. Dalam Official Website Indomie menyebutkan bahwa tahun 1982 mulai diluncurkan varian baru yaitu Indomie Kuah Rasa Kari Ayam.

Terus, kapan varian Mie Goreng ini muncul? Jawabannya adalah varian goreng dari Indomie ini baru ada pada tahun 1983. Sangat tidak terduga bukan?

Mie Goreng yang sekarang menjadi andalan brand tersebut ternyata bukanlah varian pertama mereka. Bahkan selama ini FULLSTOP Creative Agency Surabaya mengira bahwa varian pertama mereka adalah Mie Goreng namun ternyata salah besar, teman-teman.

Yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana Indomie menjadi sukses di pasaran?

Jingle yang Menyihir

Indomie Seleraku~

Siapa yang nggak tahu dengan jingle Indomie? Bahkan FULLSTOP Branding Agency Indonesia sendiri setiap mendengar kata Indomie selalu refleks mengucapkan Seleraku~

Jingle itu selalu disisipkan pada setiap promosi. Melalui melodi yang ikonik dan lirik yang mudah diingat, jingle Indomie telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman konsumen. Diputar di berbagai media mulai dari iklan di televisi hingga social media, jingle Indomie telah berhasil menciptakan citra brand yang kuat dan mengakar di benak masyarakat Indonesia.

Dari jingle tersebut, Indomie ingin menyampaikan bahwa mereka adalah mie instan favorit bagi banyak orang. Jingle ini mencerminkan hubungan emosional antara konsumen dengan brand Indomie, di mana konsumen merasa bahwa Indomie adalah pilihan yang tepat dan cocok untuk mereka. Selain itu juga menciptakan kesan bahwa Indomie lebih dari sekadar produk, tetapi menjadi bagian dari preferensi dan kenangan kuliner yang menyenangkan bagi konsumen.

Rasa Melekat, Harga Bersahabat

FULLSTOP Creative Agency Surabaya pikir bahwa marketing strategy ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Dengan mengusung konsep harga terjangkau namun tetap berkualitas, Indomie telah berhasil menempatkan dirinya sebagai pilihan utama bagi konsumen. Dengan harga per bungkus hanya sekitar Rp3.000, Indomie tidak hanya terjangkau untuk semua kalangan ekonomi, tetapi juga memberikan fleksibilitas kreatif dalam penyajian. Dari mie goreng hingga mie kuah, Indomie dapat diubah menjadi berbagai hidangan lezat dengan selera pribadi, seperti menambahkan telur, sayuran, atau daging. Kemasannya yang praktis juga membuat Indomie menjadi pilihan ideal yang mudah dibawa ke mana saja, memungkinkan pengalaman kuliner yang nikmat dan berkesan di setiap tempat.

Oleh karena itu, marketing strategy ini tidak hanya merespons kebutuhan pasar akan harga yang terjangkau, tetapi juga menegaskan komitmen Indomie terhadap kualitas yang tidak diragukan. Dalam hal ini, ketika konsumen mempertimbangkan pilihan mie instan lainnya, seperti Mie Sedaap, faktor kualitas juga menjadi perhatian utama. Jika begitu, bagaimanakah cara Mie Sedaap dalam menunjukkan kualitasnya?

Mie Sedaap

Dilansir dari Wings Group Indonesia, Mie Sedaap pertama kali diluncurkan pada tahun 2003. Jelas sekali perbedaan waktu yang cukup jauh antara munculnya Indomie dengan Mie Sedaap.

Berbeda dengan Indomie, brand Mie Sedaap berani meluncurkan langsung 3 varian yaitu:

  1. Mie Sedaap Goreng (Mie goreng instan pertama dengan kriuk-kriuk dari bawang goreng asli)
  2. Mie Sedaap Soto (Mie kuah instan rasa soto pertama dengan serbuk koya gurih)
  3. Mie Sedaap Ayam Bawang (Mie kuah instan dengan perpaduan kaldu ayam gurih dan minyak bawang asli)

Lalu, branding strategy apa yang digunakan Mie Sedaap guna mendapatkan atensi pasar mie instan di Indonesia?

Cultural Influence

Budaya masyarakat Indonesia saat ini memainkan peran penting dalam inovasi produk seperti mie instan. Seiring dengan gaya hidup yang semakin padat, masyarakat Indonesia cenderung mencari produk yang praktis. Akhirnya mie instan lah menjadi pilihan karena kemudahan penyajiannya dan kesesuaian dengan pola makan yang cepat dan praktis.

Dalam konteks ini, branding strategy Mie Sedaap yang disebutkan dalam jurnal penelitian milik Universitas Telkom menyoroti pentingnya memahami budaya serta kebiasaan konsumen Indonesia. Mie Sedaap berhasil memperhatikan preferensi rasa dan tekstur yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Ini termasuk mempertimbangkan rasa yang khas dan kesesuaian dengan hidangan lokal.

Selain itu, adanya perkembangan teknologi dan budaya di Indonesia saat ini, membuat kecenderungan seseorang terhadap konsumsi camilan instan menjadi opsi terbaik. Mie instan sering menjadi pilihan untuk dijadikan camilan dalam menemani aktivitas sehari-hari karena kepraktisannya. Keterkaitan antara kebiasaan ngemil dan preferensi konsumen terhadap mie instan memperkuat pentingnya faktor budaya dalam branding strategy dan product development seperti Mie Sedaap.

Dengan memahami kedua aspek ini, Mie Sedaap berhasil menyasar pasar Indonesia. Cultural influences pada Mie Sedaap berpengaruh karena produk tersebut tidak hanya menciptakan rasa yang sesuai dengan selera lokal, tetapi juga mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan makanan praktis dan camilan yang dapat dinikmati kapanpun dibutuhkan. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang budaya dan kebiasaan konsumen Indonesia menjadi kunci keberhasilan dalam pemasaran dan inovasi produk seperti mie instan.

Mie Berhadiah

Source: Mie Sedaap Official Marketplace

Selain menggunakan cultural influences strategy, Mie Sedaap kerap memberikan free piring atau mangkok dalam pembelian produk tertentu. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari konsumen, hal ini diharapkan dapat meningkatkan brand awareness mereka. Adanya logo mereka pada piring atau mangkok yang diberikan, Mie Sedaap secara tidak langsung memperkenalkan produk mereka ke dalam kehidupan sehari-hari konsumen yang berpotensi memperluas jangkauan merek Mie Sedaap ke dalam berbagai lingkungan sosial, termasuk keluarga dan teman-teman konsumen.

Mana yang Jadi Juaranya?

Dilihat dari Top Brand Index 2024, Indomie menempati posisi pertama dengan indeks 71.20%, yang disusul oleh Mie Sedaap pada posisi kedua dengan indeks 13.90%. Dengan skala perbandingan yang jauh ini, menunjukkan bahwa Indomie lah yang masih mendapatkan atensi lebih dari masyarakat Indonesia.

FULLSTOP Creative Agency Surabaya menyimpulkan bahwa marketing strategy yang diterapkan oleh masing-masing brand adalah strategi yang bagus. Namun, Indomie memiliki keuntungan lebih karena telah berada di pasaran sejak tahun 1970. Konsistensi mereka dalam kualitas dan marketing juga turut andil dalam kesuksesannya. Untuk Mie Sedaap sendiri, sudah cukup baik karena meskipun tergolong baru namun berhasil menjadi pesaing dari brand legendaris mie instan, yaitu Indomie.

Satu hal yang cukup sulit untuk Mie Sedaap dalam menempati posisi pertama adalah stereotype yang masih melekat pada masyarakat bahwa mie instan adalah Indomie. Nyatanya, masih banyak brand mie instan lain, termasuk Mie Sedaap.

Tapi, semuanya tetap kembali lagi kepada selera masing-masing. So, kalian tim Indomie atau Mie Sedaap nih?

Untuk next nya kira-kira bahas brand battle apalagi ya? Nantikan terus brand battle series hanya di Blog FULLSTOP!

Back To List Blog