
Donut Brand Battle: Fore vs J.CO
Ketika berbicara tentang donut di Indonesia, nama J.CO Donuts hampir selalu muncul lebih dulu. Sejak awal 2000-an, J.CO berhasil membangun reputasi sebagai brand yang identik dengan box isi banyak dan momen kebersamaan di kantor maupun rumah. Kini muncul tantangan baru: Fore Coffee, brand lifestyle yang sudah dikenal di ranah kopi, mencoba masuk dengan produk Fore Donut. Pertarungan ini menjadi menarik, karena melibatkan dua pendekatan branding yang sangat berbeda.
Maka dari itu, kali ini FULLSTOP sebagai creative agency Surabaya yang mengamati trend dan gebrakan Fore ini, akan mencoba menganalisa. Artikel ini akan membandingkan bagaimana kedua brand menggunakan branding strategy dan marketing activation untuk menancapkan posisi mereka di benak konsumen. Analisis ini penting, terutama bagi pelaku bisnis yang ingin belajar bagaimana brand lama dan baru sama-sama punya peluang.
Brand Positioning: Mass Market vs Lifestyle Premium
J.CO Donuts sudah lama menjadi top of mind untuk kategori donut. Citra yang melekat adalah varian rasa yang beragam, harga terjangkau, dan pengalaman membeli yang khas untuk momen-momen penting, salah satunya yang paling ikonik adalah ketika ada orang resign dari kantor. Betul, kan?
Dari sisi branding strategy, J.CO memposisikan dirinya sebagai bagian dari hidup kita—orang datang ke store bukan hanya untuk membeli donut, tapi juga untuk merasakan kekeluargaan.
Fore Donut hadir dengan positioning yang berbeda. Brand ini tidak ingin mengulang formula J.CO. Sebaliknya, Fore memosisikan donut sebagai bagian dari gaya hidup urban modern. Produk ini bukan tujuan utama, melainkan pelengkap dari ritual harian minum kopi. Strategi ini sejalan dengan identitas Fore sebagai penyedia kopi cepat saji yang menekankan simplicity, premium feel, dan convenience.
Dari kacamata FULLSTOP Branding Agency Indonesia, keduanya menjalankan branding strategy yang konsisten. J.CO menjaga positioning mass market dengan aksesibilitas dan variasi, sementara Fore menekankan diferensiasi lewat segmentasi lifestyle.
Marketing Strategy: Familiaritas vs Modern Digital
Strategi pemasaran juga menyoroti kontras antara keduanya.
J.CO Donuts sudah mapan dengan pola marketing activation yang menjaga loyalitas pelanggan lama. Mereka sering meluncurkan varian musiman, melakukan bundling box dengan harga khusus, dan tetap mempertahankan pengalaman yang justru jadi bagian identitas brand. Dari sisi branding strategy, J.CO tidak perlu melakukan reposisi besar-besaran—cukup menjaga konsistensi dan relevansi.
Fore Donut, di sisi lain, menggunakan jalur digital dan memanfaatkan ekosistem Fore Coffee yang sudah kuat. Strategi mereka adalah integrasi produk—orang yang sudah membeli kopi dan fanatik FORE, secara alami akan pilih Fore Donut untuk practicality. Dan tidak lupa… orang Indonesia itu HOBBY FOMO. Jadi, sudah pasti dalam beberapa bulan awal ini, kita akan melihat adanya antrian sangat panjang di depan outlet Fore Donut. Apalagi, donut juga lagi naik daun berkat viralitas donut harga bombastis ala Pinkan Mambo. Nah, didukung dengan aktivasi digital seperti kampanye di media sosial, kolaborasi dengan lifestyle influencer, dan promosi berbasis aplikasi, Fore menjadi selangkah lebih dekat dengan konsumen urban muda.
Bagi FULLSTOP Branding Agency Indonesia, strategi ini menunjukkan dua gaya marketing strategy yang sama-sama valid: mempertahankan loyalitas (J.CO) versus membangun tren baru (Fore). Dampaknya adalah, di benak konsumen, citra kedua brand sudah mulai terbentuk:
- CO diasosiasikan dengan nostalgia, momen kumpul keluarga, dan berbagi di kantor. Identitasnya adalah comfort food massal yang semua orang kenal.
 - Fore Donut tampil sebagai sesuatu yang baru, modern, dan praktis. Identitasnya adalah produk lifestyle untuk konsumen urban yang menghargai efisiensi sekaligus estetika.
 
Inilah kekuatan branding strategy: meski sama-sama menjual donut, perbedaan positioning dan persepsi membuat keduanya menargetkan pasar yang hampir tidak bertabrakan. Dari analisis ini, ada beberapa insight penting yang bisa dipetik oleh pelaku bisnis maupun family business owner yang ingin membangun brand:
- Kenali (atau bangun) identitas brand sejak awal
 - Sesuaikan produk dengan ekosistem dan main market demand
 - Last but not least… pastinya aktivasi marketing harus KONSISTEN
 
Bagi FULLSTOP Creative Agency Surabaya, pelajaran paling berharga adalah: branding strategy tidak harus identik dengan memenangkan pasar yang sama. Yang penting adalah menemukan ruang unik di benak konsumen.
Siapa Juara Donut Brand Battle di Indonesia?
Pertarungan Fore Donut dan J.CO Donut membuktikan bahwa branding strategy bisa menghasilkan hasil yang berbeda meski produk serupa. J.CO tetap menjadi top of mind dengan positioning mass market, sementara Fore masuk dengan strategi lifestyle yang lebih modern dan minimalis. Baik J.CO maupun Fore, keduanya menunjukkan bagaimana marketing activation bisa dilakukan dengan cara berbeda: yang satu sebagai tempat yang familiar, yang lain menciptakan kebaruan.
Bagi family business owner yang ingin belajar dari brand battle ini, kuncinya ada pada konsistensi positioning, kejelasan value proposition, dan keberanian memilih jalur unik. FULLSTOP Branding Agency Indonesia percaya bahwa inilah inti dari branding yang efektif—bukan sekadar siapa yang lebih besar, tapi siapa yang lebih relevan bagi audiens targetnya.