
Brand Premium Wajib Hati-hati Pakai GMV Max
TikTok kembali membuat gebrakan lewat fitur GMV Max, kampanye iklan otomatis yang dirancang untuk memaksimalkan penjualan di TikTok Shop. Dengan pendekatan all-in-one berbasis AI, GMV Max menjanjikan efisiensi dan peningkatan penjualan tanpa perlu ribet atur target audiens, placement, maupun creative. Tapi, apakah fitur ini cocok untuk semua brand?
Bagi brand dengan positioning mass market atau UMKM yang baru mulai, GMV Max bisa jadi solusi cepat. Namun bagi brand premium yang menekankan eksklusivitas, kurasi, dan storytelling, penggunaan fitur ini bisa jadi bumerang.
Sebagai digital marketing agency, FULLSTOP Branding Agency Indonesia melihat GMV Max bukan hanya sebagai tools digital marketing, tapi juga sebagai ujian bagi kejelasan positioning sebuah brand. Artikel ini membahas kenapa brand premium perlu hati-hati menggunakan GMV Max, dan bagaimana menyelaraskan otomatisasi dengan strategi brand jangka panjang.
Apa Itu GMV Max TikTok?
GMV Max (Gross Merchandise Value Maximization) adalah fitur otomatis di TikTok Ads Manager yang memungkinkan advertiser menjalankan kampanye iklan tanpa perlu repot mengatur targeting atau konten iklan secara manual.
Dengan GMV Max, TikTok akan:
- Menentukan audiens secara otomatis,
- Memilih placement terbaik (For You page, Shop tab, Search),
- Menggunakan aset kreatif yang tersedia (video, live, affiliate, dll),
- Mengoptimalkan berdasarkan target ROAS dan budget yang Anda tetapkan.
Singkatnya, GMV Max adalah bentuk iklan berbasis AI yang menyatukan banyak jalur promosi ke dalam satu sistem. Fitur ini tentu menawarkan keunggulan untuk bisnis yang belum punya sumber daya besar. Dari perspektif digital marketing, GMV Max:
- Menghemat waktu setup,
- Mengurangi biaya tim iklan,
- Menyederhanakan proses pengambilan keputusan,
- Membantu pelaku UMKM mulai mencoba iklan berbayar.
Bagi banyak pelaku TikTok Shop yang ingin memulai perjalanan advertising strategy, GMV Max bisa menjadi tools awal yang sangat bermanfaat. Namun ketika berbicara soal brand premium, kita masuk ke ranah yang jauh lebih kompleks. Brand premium tidak menjual sekadar produk. Apalagi, kalau brand premium itu sudah memiliki massa dan citra branding yang ingin dijaga. Yang mereka jual adalah nilai atau value, gaya hidup, eksklusivitas, dan storytelling. Di sinilah GMV Max bisa menjadi kontraproduktif.
Kehilangan Kendali atas Target Audience
TikTok menentukan audience iklan secara otomatis berdasarkan algoritma. Tapi untuk brand premium, target market sering kali lebih sempit, lebih tersegmentasi, dan lebih sensitif terhadap konteks komunikasi. Tanpa kontrol dan targeted ads, brand bisa tampil di hadapan audience yang tidak sesuai, dan ini bisa menggerus persepsi eksklusivitas.
Risiko Visual yang Tidak Konsisten
GMV Max memilih sendiri konten kreatif dari akun Anda, termasuk dari affiliate dan video yang pernah Anda upload. Ini berisiko tinggi untuk brand yang ketat dalam menjaga estetika dan tone komunikasi. FULLSTOP Creative Agency Surabaya memiliki banyak client yang merupakan brand premium, dan mereka sangat ketat pada warna, angle foto, font, tone voice. Ketika iklan dibuat oleh sistem, elemen ini bisa hilang.
Persepsi Diskon dan Mass Market
GMV Max memaksimalkan penjualan. Artinya, sistem akan cenderung menampilkan produk yang cepat laku atau terhubung dengan diskon/promosi. Bagi brand yang ingin menjaga citra eksklusif, ini bisa merusak positioning.
Solusi: Strategi Kombinasi
Jadi, apakah brand premium tidak boleh pakai GMV Max sama sekali? Tidak juga. Tapi perlu strategi kombinasi dan pengendalian lebih ketat. Berikut rekomendasi dari tim FULLSTOP Branding Agency Indonesia.
Gunakan GMV Max hanya untuk entry-level product
Jika brand Anda punya lini produk dengan harga lebih rendah atau lebih accessible, gunakan GMV Max hanya untuk produk tersebut. Ini memungkinkan Anda menjangkau pasar baru tanpa mengorbankan citra premium di lini utama.
Tetap jalankan campaign manual untuk flagship product
Untuk produk utama, gunakan metode iklan manual dengan kontrol penuh terhadap creative, targeting, dan copywriting. Ini bagian penting dari advertising strategy brand kelas atas.
Sinkronkan dengan strategi konten dan visual
Pastikan aset visual yang tersedia di akun Anda sudah dikurasi dengan benar. Konten organik dan affiliate harus tetap dikontrol agar tidak menurunkan standar brand.
Integrasikan dengan funnel besar
GMV Max bisa digunakan sebagai top funnel untuk menjaring awareness, lalu diarahkan ke funnel retargeting dengan pendekatan yang lebih sesuai untuk audiens premium.
Tetap Cerdas & Jangan Otomatis Lupakan Strategi Digital Marketing
Dalam ekosistem yang makin kompleks ini dan banyak perubahan, peran digital marketing agency seperti FULLSTOP Branding Agency Indonesia sangat krusial untuk teman-teman family business owner, khususnya pemilik brand premium. Karena di sini, agency tidak hanya berperan sebagai sarana advertising saja, tapi juga creative agency untuk membuat konten-konten yang relevan dan memiliki dampak long-term positif terhadap brand equity.
Kalau hanya sekedar buang budget untuk iklan dan expect penjualan tinggi, FULLSTOP yang juga adalah official TikTok Shop Partner sangat yakin teman-teman family business owner sekalian pasti sudah bisa melakukan semua itu sendiri tanpa bantuan agency.
Di titik inilah bisnis Anda akan membutuhkan agency yang lebih dari sekadar advertising atau social media agency saja. Seperti FULLSTOP Creative Agency Surabaya yang menjaga brand value & brand positioning dari client. Bukan asal mengikuti trend digital marketing terbaru saja, tapi menilai relevansi fitur dan mengemas strategi baru supaya selaras dengan visi misi bisnis client.
Apakah campaign ini memperkuat brand positioning? Apakah pesan yang tersampaikan sesuai identitas brand? Apakah long-term value pelanggan akan meningkat atau justru sebaliknya?
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah bagian dari fondasi marketing strategy yang matang.