
Omzet Turun? Salah Strategi Marketing atau Branding?
Omzet turun tentunya jadi sinyal penting yang harus teman-teman UMKM atau family business Indonesia segera respon. Tapi, sebelum itu, kalian tentu perlu menganalisa terlebih dahulu. Apa penyebab utamanya? Apakah di strategi marketing, atau justru strategi branding yang belum kuat?
Melansir dari Foodizz, menurunnya omzet bisa dianalisa dari beberapa perspektif. Pertama, perspektif konsumen, perspektif persaingan, perspektif internal perusahaan, dan perspektif perubahan eksternal dan lainnya. Menurut FULLSTOP Branding Indonesia sendiri, omzet menurun juga dapat terjadi karena beberapa hal. Namun, kali ini, FULLSTOP Branding Agency Indonesia ingin mengulasnya dari segi strategi branding dan strategi marketing.
Salahnya di strategi marketing atau branding, ya? Sini-sini ikuti penjelasan FULLSTOP Creative Agency Indonesia!
Lebih Prioritas Branding atau Marketing?
“Brand building was a long-term investment, and performance marketing was about generating revenue in the here and now.” –Harvard Business Review
Branding memang serupa dengan “fondasi”. Namun jika teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya tidak menyertakan marketing di dalamnya, lantas bagaimana cara fondasi tersebut tetap kuat? Marketing sama halnya dengan ‘bridging’ dari cara kalian menyampaikan ‘apa sih bisnis kalian itu?’.
So, menurut FULLSTOP Branding Indonesia mana yang lebih prioritas? Seperti yang pernah FULLSTOP Branding Agency Surabaya sampaikan di sini, acuan prioritas tergantung pada brand positioning bisnis kalian ya, teman-teman. Jika belum kuat, maka branding strategy perlu di-boost terlebih dahulu sebelum masuk ke boost marketing strategy. Namun jika brand positioning kalian sudah cukup kuat, maka marketing dapat jalan cukup efektif.
Tetap perlu bakar uang, tanpa effort yang sia-sia.
Branding Nggak Jelas = Marketing KACAU
Gimana sih maksudnya branding nggak jelas ini? Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, branding nggak jelas dapat teman-teman identifikasi pada brand identity.
Contoh seperti logo dengan bentuk font yang terlalu abstrak, tone of voice yang juga sering berubah-ubah, atau cukup sering re-branding dan mengubah keseluruhan brand identity. Nggak hanya brand identity saja, tapi membangun brand positioning yang juga ‘blur’ di mata konsumen. Apalagi ditambah semisal target audience juga masih belum detail spesifikasinya seperti persona siapa saja? Dengan target demografi yang bagaimana?
Hal-hal seperti ini mungkin terlihat remeh jika teman-teman UMKM dan family business Indonesia melihatnya hanya sekadar ‘identity’. Namun identitas yang tidak dikenali akan berpengaruh terhadap jalannya marketing secara jangka panjang.
Boost Marketing Tapi Branding Lemah? Risiko Jangka Panjang
Source: Core Creative
Pernahkah teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya melihat campaign marketing yang rame pada saat dipromosikan saja, namun setelahnya justru makin sepi? Jika pernah, brand tersebut berarti lemah secara branding dan terlalu dini untuk boost marketing tanpa pertimbangan yang matang.
Seperti melansir dari Core Creative, dan terlihat pada grafik di atas, brand building yang konsisten, kuat, dan benar-benar punya niche dan USP yang unik akan membantu marketing bertumbuh. Grafik ke atas terhadap impact brand building seperti ini memang benar adanya. Sehingga, seharusnya teman-teman UMKM dan family business Indonesia juga tidak perlu buru-buru saat akan boost campaign yang sedang berjalan.
Analisa kembali, apakah benar branding kalian sekuat itu untuk menopang marketing yang juga berjalan (dengan nilai cukup besar)?
Naikkan Omzet dengan Kolaborasi Branding & Marketing
Di poin keempat ini, FULLSTOP Branding Indonesia hanya ingin memperkuat bahwa branding dan marketing tetap harus berjalan beriringan. Tidak bisa unggul salah satu, namun keduanya harus berjalan seolah simbiosis mutualisme.
Misalnya, teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya ingin support marketing campaign yang akan dijalankan, namun merasa perlu menjaga branding agar tetap optimal. Gimana caranya? Bangun storytelling yang relate untuk target market kalian. Pilih juga tone of voice yang lebih relevan untuk audience.
So, saat marketing berjalan, branding tetap beriringan menguatkan goals kalian.
Prepare for The Worst: Evaluasi Branding dan Marketing
Kapan sih waktu terbaik untuk mengevaluasi branding dan marketing? Menurut FULLSTOP Branding Indonesia, jawaban dari pertanyaan ini tidak bisa jadi acuan ya teman-teman. Tapi, sepengalaman FULLSTOP Branding Indonesia menangani client sejak tahun 2012, tanda kalian harus evaluasi apabila terjadi hal-hal seperti berikut:
- Runningkan banyak ads tapi orderan sepi, dan nggak banyak repeat order.
- Social media rame, tapi nggak bisa bangun brand loyalty.
- Audience sulit membedakan brand kalian dengan kompetitor.
Jika kalian mengalami salah satu di antaranya, berarti branding dan marketing kalian masih stuck. Artikel insight apa sih yang kalian butuhkan berikutnya dari FULLSTOP Branding Indonesia? Spill dong~