3 Kesalahan Umum Influencer Marketing Bisnis Resto

3 Kesalahan Umum Influencer Marketing Bisnis Resto

Posted by Fullstop Indonesia on 02 October 2025

Influencer atau KOL (key opinion leader) marketing sudah jadi strategi wajib dalam industri kuliner. Restoran baru maupun lama berlomba-lomba mengundang influencer / KOL foodies untuk mencoba menu mereka, berharap postingan di social media bisa langsung mengundang antrian panjang. Tapi dalam praktiknya, banyak brand yang terjebak pada pola yang sama, sehingga hasilnya tidak maksimal.

Sebagai creative agency Surabaya yang sudah menangani banyak client family business bidang F&B di Surabaya, FULLSTOP Branding Agency Indonesia melihat ada beberapa kesalahan berulang dalam eksekusi marketing activation lewat influencer. Kesalahan ini membuat budget promosi besar-besaran terasa sia-sia, padahal dengan strategi yang lebih tepat, restoran bisa menjangkau audiens yang lebih luas dan membangun brand value yang lebih kuat.

Berikut 3 kesalahan paling umum dalam influencer marketing bisnis resto. Yuk simak!

  1. Terlalu Fokus Mengundang Foodies

    Kesalahan paling sering adalah terlalu terpaku pada influencer kategori foodies. Memang benar, foodies punya engagement kuat di kalangan penggemar kuliner. Namun audiens mereka seringkali sudah terbiasa dengan konten serupa: foto makanan, review rasa, atau video makan bareng. Akibatnya, pesan promosi jadi berulang dan hanya menyasar lingkaran audience yang sama.
    Padahal, orang dari berbagai sektor pasti butuh makan. Itu artinya, restoran sebenarnya punya peluang untuk masuk ke audience yang lebih luas. Misalnya, influencer lifestyle, beauty, hingga parenting bisa memberi efek berbeda karena mereka punya massa yang loyal dan tidak hanya mencari rekomendasi kuliner. Dengan begitu, promosi tidak berhenti di kalangan food enthusiast saja.
    Di sini letak pentingnya analisa audience sebelum menjalankan marketing activation. Tanpa diversifikasi, restoran akan sulit menembus segmen baru meski sudah mengundang banyak influencer. FULLSTOP Creative Agency Surabaya sering menemukan klien yang merasa “sudah undang banyak foodies, kok sepi ya?” – jawabannya ada di sini: terlalu sempit dalam memilih jalur influencer.
  2. Tidak Memperhitungkan Konteks Brand

    Kesalahan berikutnya adalah sekadar mengundang influencer tanpa melihat kesesuaian dengan identitas brand. Banyak restoran terburu-buru ingin terlihat ramai di social media, sehingga siapa saja yang populer langsung diundang, tanpa filter apakah mereka selaras dengan positioning resto tersebut.
    Misalnya, sebuah restoran keluarga (family business) dengan menu comfort food seharusnya mencari influencer yang punya citra ramah, relatable, dan dekat dengan keluarga. Kalau yang diundang influencer dengan persona ekstrem atau kontroversial, audience bisa kehilangan koneksi emosional dengan brand.
    Kesalahan ini bukan hanya soal siapa yang diundang, tapi juga soal bagaimana brand ingin dipersepsikan dalam jangka panjang. Di dunia kuliner, persepsi sangat mempengaruhi keputusan makan. Itulah sebabnya FULLSTOP Branding Agency Indonesia menekankan bahwa influencer marketing bukan sekadar ramai-ramai, tapi harus tetap konsisten dengan narasi brand.
  3. Mengabaikan Strategi Konten Jangka Panjang

    Banyak resto menganggap influencer / KOL marketing selesai begitu acara makan bareng selesai. Konten yang diunggah influencer dianggap cukup sebagai promosi. Padahal, tanpa strategi tindak lanjut, postingan itu hanya jadi konten musiman yang cepat tenggelam.
    Kesalahan ini membuat restoran kehilangan momentum. Influencer memang bisa menciptakan awareness, tapi tanpa kelanjutan, awareness itu cepat hilang. Idealnya, ada kesinambungan konten di social media resto sendiri: bagaimana ulasan influencer dipakai ulang, bagaimana brand melanjutkan narasi, atau bagaimana marketing activation itu dikaitkan dengan kampanye berikutnya.
    Tapi karena banyak resto terlalu fokus di “acara influencer day” saja, akhirnya manfaatnya kurang terasa. FULLSTOP Creative Agency Surabaya sering menekankan bahwa influencer marketing adalah bagian dari ekosistem promosi, bukan satu-satunya cara. Tanpa perencanaan jangka panjang, konten influencer hanya jadi arsip di feed, bukan aset branding.

INGAT! Influencer / KOL Marketing Bukan Satu-satunya Senjata Marketing

Kesalahan-kesalahan ini sering terjadi karena restoran tergesa-gesa ingin terlihat viral. Padahal, jika sejak awal sudah ada pemahaman bahwa influencer / KOL marketing adalah strategi jangka panjang, maka investasi bisa lebih terukur. Diversifikasi influencer, pemilihan sesuai konteks brand, dan kesinambungan konten adalah tiga hal yang membedakan kampanye biasa-biasa saja dengan kampanye yang benar-benar membangun brand value.

Dan yang perlu teman-teman family business owner ingat adalah, influencer marketing bukan jalan satu-satunya supaya bisnis resto ramai. Banyak variasi marketing activation yang bisa dilakukan, entah via social media, komunitas, atau offline, supaya customer terus ingat dan setia dengan resto Anda.

Sebagai branding agency yang sudah menjalankan brand activation hampir 15 tahun, FULLSTOP Creative Agency Surabaya percaya bahwa setiap restoran punya kesempatan untuk tumbuh lewat strategi yang tepat. Influencer marketing tetap relevan, tapi harus dieksekusi dengan analisa yang matang agar tidak jatuh pada tiga kesalahan umum di atas.

Back To List Blog