Artisan Milk Tea Brand Battle: Chagee vs Sancha

Artisan Milk Tea Brand Battle: Chagee vs Sancha

Posted by Fullstop Indonesia on 18 September 2025

Pasar minuman berbasis teh di Indonesia semakin bergeser. Bukan lagi sekedar trend bubble tea, tapi sekarang banyak bermunculan artisan milk tea dengan sentuhan kualitas premium. Konsumen urban kini tidak hanya mencari minuman manis untuk melepas dahaga, tetapi juga pengalaman, cerita, dan nilai estetika dari setiap gelas yang mereka nikmati. Di antara pemain baru yang menonjol, dua nama menarik perhatian: Chagee dan Sancha.

Persaingan keduanya bukan sekadar soal rasa, tetapi juga bagaimana mereka membangun citra, merancang branding strategy, dan menjalankan marketing activation yang efektif untuk merebut hati konsumen.

Brand Positioning: Heritage vs Local Artisan

Chagee hadir dengan positioning kuat pada warisan teh Tiongkok. Dari logo, interior toko, hingga packaging, semua didesain untuk menegaskan kesan heritage yang premium. Konsumen merasa sedang membeli bagian dari budaya, bukan sekadar minuman.

Sancha, di sisi lain, memposisikan dirinya sebagai artisan lokal dengan sentuhan modern. Identitas brand ini menekankan aksesibilitas, youthfulness, dan kreativitas. Target audiens Sancha lebih luas, terutama generasi muda yang ingin mencoba hal baru tanpa merasa “overpriced.”

Analisis dari FULLSTOP Branding Agency Indonesia menunjukkan bahwa positioning seperti ini memberi ruang berbeda bagi kedua brand. Chagee menyasar konsumen aspiratif yang mencari prestige, sementara Sancha menarik mereka yang haus eksplorasi dengan harga lebih ramah.

Strategi branding juga terlihat jelas dari product experience yang diberikan. Chagee mengutamakan elegance, mulai dari pilihan daun teh hingga penggunaan botol kaca elegan yang bisa didaur ulang. Minuman ini didesain untuk jadi “premium lifestyle accessory.” Sedangkan Sancha mengedepankan playfulness. Varian rasa unik, seasonal menu, hingga kolaborasi dengan artis lokal menjadi daya tarik tersendiri. Packaging yang colorful menciptakan kesan fun dan approachable.

Berdasarkan pengalaman FULLSTOP Creative Agency Surabaya dalam dunia branding, hal-hal detail seperti inilah yang menentukan branding. Visual branding strategy yang berbasis produk seperti ini efektif membentuk asosiasi emosional yang kuat. Chagee mengikat konsumen dengan kesan mewah, sedangkan Sancha membangun loyalitas lewat kejutan rasa yang terus diperbarui.

Marketing Strategy: Prestige vs Community

Dari segi marketing strategy, perbedaan mereka semakin jelas. Chagee mengusung kampanye prestige dengan narasi heritage, luxury, dan cultural sophistication. Aktivasi sering melibatkan storytelling tentang tradisi teh. Sancha lebih menekankan strategi berbasis komunitas. Lewat media sosial, Sancha mengajak konsumen ikut dalam percakapan, membagikan konten kreatif, dan merasa menjadi bagian dari sebuah movement.

Penerapan marketing activation juga kontras. Chagee mengutamakan soft-launch event terbatas, influencer kelas premium, dan desain toko berkonsep experience. Sementara Sancha cenderung melakukan aktivasi massal, dari pop-up booth hingga kolaborasi dengan event musik lokal.

Insight dari FULLSTOP Branding Agency Indonesia menunjukkan bahwa kedua pendekatan ini sah-sah saja, karena keduanya sesuai dengan DNA brand masing-masing. Yang penting adalah konsistensi dalam menjaga cerita yang ingin disampaikan.

Nah dari perbedaan marketing activation ini, imbasnya adalah persepsi dari customer pun juga berbeda. Bukan berarti salah satu melakukan marketing activation yang salah. Bukan gitu ya… Tapi audience bisa langsung mengidentifikasi mana yang Sancha dan mana Chagee hanya dengan activation-nya saja. That’s the power of branding!

Dari sisi persepsi konsumen, Chagee dianggap aspirational. Membeli segelas Chagee serasa membeli potongan gaya hidup yang sophisticated. Harga premium justru memperkuat citra eksklusif. Sancha dipersepsikan relatable. Konsumennya merasa dekat dengan brand karena gaya komunikasi yang ramah dan playful. Minum Sancha bukan hanya tentang rasa, tapi juga kebersamaan, tren, dan momen ringan sehari-hari. Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, di sinilah perbedaan besar terbentuk. Chagee membangun “dream brand” yang ideal, sedangkan Sancha membangun “friend brand” yang terasa akrab.

Pelajaran Berharga untuk Business Owner

Dari perbedaan branding strategy dan marketing activation Chagee vs Sancha, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa FULLSTOP Creative Agency Surabaya simpulkan untuk teman-teman family business owner sekalian.

  1. Brand positioning harus jelas – apakah ingin jadi dikenal sebagai sebuah heritage (tradisi) atau branding yang lebih kekinian (fun / artisan)? Tidak ada benar atau salah, yang penting semua harus konsisten dari produk hingga komunikasi.
  2. Produk adalah branding strategy terkuat – dari packaging hingga varian rasa, produk bisa jadi medium storytelling lho!
  3. Marketing activation harus selaras dengan DNA brand – tidak ada format baku, tapi keaslian penting untuk menciptakan resonansi dengan audiens.
  4. Kenali target audience dengan tepat – aspirational dan relatable memiliki ruang pasarnya sendiri, dan keduanya bisa sama-sama sukses.

Nah analisis di atas ini adalah bukti bahwa keberhasilan bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagaimana sebuah brand merancang branding strategy dan mengeksekusi marketing activation secara konsisten.

Dengan pengalaman hampir 15 tahun di dunia creative, FULLSTOP Branding Agency Indonesia percaya bahwa semua brand itu pasti bisa meledak & mempunyai audience fanatik masing-masing. Tinggal pertanyaannya adalah… KAPAN dan BAGAIMANA?

Itu dia “PR” yang harus dikerjakan oleh family business owner–yaitu memikirkan visi dan mimpi untuk brand atau bisnisnya. Kalau soal strategi, branding, visual, atau konten… itu semua gampang kok, asal ada creative agency seperti FULLSTOP yang bisa teman-teman percayai dan kredibel dalam pekerjaannya.

Back To List Blog