
Brand Voice: Bagaimana Bisnis Anda 'Berbicara' kepada Audience?
Dalam dunia branding, menurut FULLSTOP Branding Indonesia suara bukan hanya soal tone. Brand voice juga merupakan cara penyampaian brand dalam delivering message. Nggak hanya soal poin ini saja, namun juga soal build a network agar jangkauan audience juga jadi semakin luas. Memahami brand voice menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia akan membantu brand teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya menjadi pembeda di antara kompetitor lainnya.
Melansir dari AMD Academy, brand voice bukan hanya tentang gaya penulisan atau pemilihan kata. Lebih dari sekadar itu, brand voice lebih ke arah karakteristik unik sebuah brand melalui cara komunikasinya. Konteks komunikasi di sini bukan hanya pada copywriting ya teman-teman. Tetapi juga pada gesture brand dalam deliver message baik itu pada iklan, konten social media, maupun campaign yang sedang di-boost.
Secara sederhana namun mendalam, FULLSTOP Creative Agency Indonesia juga dapat mengatakan bahwa brand voice juga dapat dilihat dari emosi yang ditampilkan; termasuk brand value yang ingin ditonjolkan. Jika dianalogikan ke dalam sebuah persona, bayangkan brand teman-teman UMKM dan family business Indonesia merupakan persona tersebut. Karakter apa yang ingin ditonjolkan? Apakah brand kalian ingin didengar sebagai brand yang cukup friendly atau tegas? Keduanya dapat kalian sesuaikan pada brand voice.
Kenapa Brand Voice Penting?
Melansir dari Indibiz yang juga FULLSTOP Branding Indonesia setujui, salah satu manfaat dari brand voice adalah untuk membedakan diri dari kompetitor dan membangun koneksi emosional dengan audience. Apalagi dengan pertumbuhan UMKM dan bisnis keluarga Surabaya di era 4.0 sekarang ini yang semakin masif.
Menurut FULLSTOP Branding Agency Surabaya, brand voice lebih dari sekadar membangun brand identity. Namun dengan adanya interaksi audience melalui konten, iklan, dan campaign yang di-boost, teman-teman UMKM dan family business Indonesia dapat membangun hubungan emosional yang konsisten. Sehingga menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, brand voice akan menjadi cara komunikasi brand ke audience yang cukup mendatangkan impact.
Brand Voice vs Tone of Voice: Apa Bedanya?
Sekilas memang terlihat sama, namun berbeda. Melansir dari Forbes, jika dianalogikan Brand Voice merupakan karakter atau warna suara yang konsisten dan melekat pada seseorang. Sedangkan Tone of Voice lebih mengarah seperti nada bicara seseorang bergantung pada konteks yang ada pada saat itu.
Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya, keduanya penting dikenali perbedaannya karena memang sebagai penyampai pesan teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya dalam build branding. Menurut FULLSTOP Branding Indonesia keduanya juga justru jadi penentu brand kalian mudah dikenali atau nggak.
Sama halnya dengan bagian dari brand identity lainnya seperti logo, tagline, maskot, maka brand voice juga punya posisi yang sama dan perlu konsistensi saat kalian boost brand awareness. Contoh jelas pengaplikasian perbedaan dari brand voice dan tone of voice melansir dari Slice, ada pada Apple atau Duolingo. Keduanya memiliki brand identity visual yang cukup jelas, dilengkapi cara komunikasi lewat brand voice yang juga konsisten sehingga mudah dikenali.
Apple yang designnya simple, eksklusif, punya tagline yang juga nggak bertele-tele. Pun sama halnya saat melihat Duolingo dengan warna kuningnya yang ceria. Duolingo sebagai brand penerjemah yang friendly, tentu punya gaya bahasa dan tone of voice yang berbeda dengan Apple. Dengan adanya brand voice dan tone of voice ini, keduanya juga dengan mudah berkomunikasi dengan target audience yang dituju.
Kesalahan dalam Brand Voice
Seperti yang FULLSTOP Branding Agency Indonesia sampaikan di sini, brand voice seringnya dibentuk atau dibangun dengan inkonsistensi (ketidakjelasan). Padahal brand voice yang tepat sasaran atau dapat membangun brand recognition yang baik, tentu lahir dari konsistensi teman-teman UMKM dan family business Indonesia dalam menggunakannya pada saat berkomunikasi dengan audience.
Brand voice yang lahir dari brand identity (persona) yang jelas, tentu dapat memilah tone of voice yang tepat sesuai dengan konteks kebutuhannya.
FULLSTOP Creative Agency Indonesia beri contoh, semisal produkmu merchandise yang target audiencenya anak-anak. Saat berkomunikasi dengan audience yang fungsinya hanya ‘awareness’, maka tidak perlu tone of voice yang memberi kesan ‘bersemangat’. Cukup fun dan playful secukupnya, namun pada campaign promosi beri tambahan ‘semangat’ untuk trigger audience terdorong beli salah satu produk kalian.
Bagaimana Menemukan Brand Voice Anda?
Menemukan brand voice sebenarnya jika dianalogikan sama halnya dengan bercermin dan melihat diri kalian sendiri. Bagaimana kalian berkomunikasi lewat branding tools seperti katalog, website, dan social media bisa jadi acuan untuk langkah awal menemukan brand voice kalian yang tepat.
Kedua, menurut FULLSTOP Branding Indonesia selain perlu mempelajari komunikasi diri kalian sendiri, pelajari juga gaya komunikasi audience kalian. Bagaimana mereka saling bertukar informasi, resonansi apa yang terdengar saat audience sedang berkomunikasi? Ketiga, jika sudah melakukan step pertama dan kedua, mulai tentukan 3-5 karakter brand voice kalian.
Karakter ini fungsinya sebagai acuan kalian menulis copy atau berkomunikasi dengan audience baik di social media maupun customer service secara langsung. Terakhir yang paling penting buat panduan brand voice untuk tim kalian. Panduan ini berisi tone yang perlu digunakan di momen tertentu, penggunaan bahasa serta do’s and don’ts.
Brand voice bukan sekadar tren—tapi pondasi komunikasi jangka panjang. Membangun brand tanpa suara yang jelas seperti berbicara dalam keramaian tanpa arah. Saatnya bisnis kalian “berbicara” dengan suara yang sesuai: jujur, konsisten, dan memikat hati bareng FULLSTOP Branding Agency!