
5 Alasan Brand Susah Diingat Customer!
Dunia bisnis yang semakin kompetitif saat ini tentu dialami juga oleh teman-teman UMKM dan family business Indonesia dengan pertanyaan:
“Mengapa brand saya susah sekali diingat oleh audience, ya?”
Brand identity sudah LENGKAP.
Posting di social media juga RUTIN.
Apa sih yang kurang?
Tentu dengan pengalaman FULLSTOP Branding Indonesia sejak tahun 2012, terdapat beberapa poin penting yang perlu teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya perhatikan.
FULLSTOP Branding Agency Indonesia juga sering sekali dimintai jawaban soal ini dari berbagai client atau calon client. Baik brand yang LEGEND, maupun brand baru. Stagnan pada saat kalian berbisnis tentu merupakan hal yang wajar terjadi. Tidak bergantung juga dari seberapa “mapan” operasional kalian.
Namun jika kalian tidak memahami 5 alasan sesuai dengan sudut pandang FULLSTOP Creative Agency Indonesia berikut, jangan heran jika brand teman-teman jadi susah sekali untuk “diingat” customer.
Apa saja sih? Sini-sini FULLSTOP Branding Indonesia jelasin!
Brand-mu Butuh Personal Touch, Nih!
Nah, sebelum FULLSTOP Branding Agency Surabaya ajak teman-teman memperdalam tentang “personal touch”, masih ingat kan kalau FULLSTOP Creative Agency Surabaya sering mention tentang USP (Unique Selling Proposition) dan niche business untuk memperkuat brand positioning?
Lantas jika ditarik ke strategi branding, apa perbedaan dari ketiganya ya? Nih, FULLSTOP Branding Indonesia spill perbedaannya:
Elemen | Fokus Utama | Contohnya |
---|---|---|
Personal Touch | Rasa, karakter, hubungan emosional | Gaya bahasa ramah dan cerita founder |
Niche | Siapa yang ditarget | Ibu menyusui yang butuh bra fungsional tapi stylish |
USP | Apa yang bikin beda dan layak dipilih | Produk tanpa pengawet tapi tahan 6 bulan |
Seolah bagian dasar dari strategi branding, “personal touch” lebih mengarah pada keterikatan emosional yang bisa teman-teman UMKM dan family business Indonesia bangun as a founder or CEO. Jika FULLSTOP Branding Agency Indonesia analogikan piramida, USP ada di paling puncak, niche di tengah, dan personal touch lebih mendalam lagi ada di paling bawah.
Menurut pengalaman FULLSTOP Creative Agency Indonesia yang menangani +50 clients sejak tahun 2012, personal touch dapat teman-teman UMKM rangkai dari cerita keseharian yang “relate” dan “relevan dengan target market kalian.
Pendekatan ini menurut FULLSTOP Branding Indonesia tentu dapat menjadi pondasi brand identity yang lebih “jelas”. Sehingga audience juga juga akan merasa brand kalian adalah “satu-satunya”.
Brand Identity yang Sering Berubah
Jika teman-teman baca beberapa brand analysis dan insight marketing FULLSTOP Branding Agency Surabaya di artikel sebelumnya, brand legend selalu memiliki brand identity yang KONSISTEN.
- Tidak sering mengubah logo
- Tagline juga tidak banyak berubah
- Tone color design juga sama
Salah satu faktor brand mudah diingat juga ada pada konsistensi brand identity. Menguatkan brand positioning juga dapat teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya lakukan melalui brand identity. Komponen branding satu ini bukan untuk balapan estetik ya, teman-teman.
Brand identity yang tidak konsisten tentu juga dapat mengukur profesionalisme kalian sebagai brand, lho! Apalagi jika kalian masih membangun atau memperkuat brand recognition.
Brand Voice Tidak Jelas
Sebenarnya apa sih “brand voice” itu? Brand voice sebenarnya merupakan salah satu komponen brand identity yang teman-teman UMKM dan family business Indonesia perkuat. Komponen ini ada pada ranah “komunikasi dengan audience”. Berhubungan dengan gaya bahasa, persona yang diperkuat untuk mewakili brand kalian juga dapat diaplikasikan melalui brand voice.
Singkatnya, brand voice merupakan cara teman-teman UMKM dan family business Surabaya berkomunikasi dengan audience. Melalui brand voice kalian juga dapat menentukan gaya komunikasi seperti apa yang dapat menggambarkan karakter brand?
Ramah atau lebih serius? Formal atau casual? Menurut FULLSTOP Creative Agency Surabaya konsistensi brand voice juga diperlukan nggak hanya di social media saja, tapi bentuk komunikasi langsung melalui customer service juga diperlukan.
Jangan Lupakan ‘Pain Point’
Seperti yang pernah FULLSTOP Branding Indonesia sering sampaikan, nggak hanya ‘niche’ atau ‘USP’ saja yang perlu dipikirkan kalian. Tapi pain point juga penting setelah menentukan persona yang mewakili audience kalian.
“Masalah audience apa aja sih yang bisa brand-ku selesaikan?”
Contoh, produk kalian bodycare atau skincare. Bukan hanya bahan saja yang perlu dibahas untuk membangun TRUST, tapi juga perlunya highlight keunggulan produk yang berfungsi untuk membangun percaya diri mereka. Dari sini, maka kalian telah menyentuh sisi emosional client melalui brand building yang relevan.
Tidak Ada “Hook” yang Membuat Brand Diingat
Dalam aplikasi strategi branding, hook sebenarnya bukan hanya pada headline copywriting. Namun brand identity lainnya seperti tagline atau maskot yang juga berfungsi sebagai umpan bagi audience.
Hook juga dapat teman-teman UMKM dan bisnis keluarga Surabaya kemas menjadi tone color saat boost awareness di social media. Sesuai pengalaman FULLSTOP Branding Agency Surabaya, hook sebenarnya juga merupakan salah satu strategi branding yang perlu kecermatan ambil peluang di momen tertentu.
Sehingga, jika kalian sudah punya hook yang tepat jangan heran juga misal brand kalian sangat “mudah diingat” oleh audience.
Pentingnya “Brand Presence” di Social Media
Menurut FULLSTOP Branding Indonesia, selain kelima poin ini ada juga yang cukup penting yaitu: Brand Presence. Kehadiran teman-teman UMKM dan family business Indonesia di berbagai platform juga tentunya dapat mendukung brand awareness di benak audience.
Hal inilah juga yang memperkuat kelima poin di atas agar brand kalian mudah diingat.
Apa topik branding dan marketing yang akan dibahas FULLSTOP Branding Indonesia berikutnya? Stay tuned terus di Blog FULLSTOP ya!