
3 Strategi Placement OoH Marketing
Seperti yang sudah kita bahas 1 minggu belakangan ini, dalam dunia pemasaran modern yang semakin digital, out-of-home marketing (OoH) justru tetap menunjukkan kekuatannya — terutama di luar kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Dari billboard di jalan utama hingga digital signage di bandara, media luar ruang masih menjadi salah satu bentuk brand activation paling kuat untuk membangun awareness dan kehadiran brand di benak publik.
Di FULLSTOP Branding Agency Indonesia, kami melihat perubahan tren ini bukan sekadar pergeseran kanal, melainkan evolusi perilaku audiens. Brand kini tak hanya perlu “terlihat”, tetapi juga terlihat di tempat yang tepat. Di artikel ini, FULLSTOP Creative Agency Surabaya membagikan tiga strategi penting untuk menempatkan OoH marketing agar benar-benar efektif — bukan hanya sekadar dekorasi visual di jalanan.
Fokus ke Kota Sekunder yang Sedang Bertumbuh
- Selama ini, billboard identik dengan kota besar. Namun, data dari Mordor Intelligence dan Warta Ekonomi menunjukkan bahwa pertumbuhan outdoor advertising spending paling tinggi justru datang dari kota-kota sekunder seperti Makassar, Balikpapan, dan Medan.
- Mengapa demikian?
- Karena kota sekunder saat ini menjadi pusat baru ekonomi daerah — dengan tingkat mobilitas yang tinggi, tapi clutter visual yang masih lebih rendah dibanding kota metropolitan. Brand lebih mudah mendapat perhatian karena kompetisinya belum sepadat Jakarta atau Surabaya.
- Sebagai contoh, sebuah brand activation minuman di Makassar dengan billboard di dekat area pelabuhan mampu mencatat brand recall dua kali lipat dibandingkan di Surabaya. Itu terjadi karena eksposur yang lebih terfokus dan audiens yang belum jenuh dengan promosi visual.
- FULLSTOP Creative Agency Surabaya merekomendasikan strategi ini bagi family business owner dan brand FMCG yang ingin memperluas pangsa pasar secara efisien — karena awareness di kota sekunder bisa menjadi pintu masuk ekspansi nasional.
Gunakan Billboard sebagai Pemicu Aktivasi, Bukan Akhir Campaign
- Kesalahan umum dalam OoH marketing adalah memperlakukan billboard sebagai final touch. Padahal, kekuatannya justru muncul saat ia dikombinasikan dengan kanal lain.
- Kita ambil contoh brand otomotif, ya. Yang normalnya dilakukan adalah displaying the car image begitu saja sebagai branding. Memang bagus, awareness juga dapat, tapi bagaimana kita bisa memastikan pemasangan OoH marketing yang biayanya pasti tidak kecil ini bisa convert menjadi sesuatu yang berharga? Tidak usah ditarget sales, deh. Tapi se-simple seberapa banyak leads yang bisa kita raih dari sini?
- Nah, sebagai branding agency yang menyeluruh dari A-Z, FULLSTOP Creative Agency Surabaya akan memberi saran bagi brand otomotif tersebut untuk menempatkan billboard utama di jalur masuk kota Manado dengan CTA sederhana: “Scan kode QR untuk test drive weekend.” Strategi ini mengubah billboard menjadi gateway menuju aktivasi digital dan event lokal.
- OoH tidak harus berdiri sendiri. Ia bisa mengarahkan traffic ke social media challenge, pop-up event, atau kolaborasi komunitas. Jadi alih-alih hanya menciptakan awareness, billboard menjadi pemicu partisipasi. Kunci keberhasilannya adalah sinkronisasi pesan dan momentum. Saat billboard dan digital campaign berjalan dalam satu alur narasi, hasilnya bukan hanya eksposur — tapi engagement nyata yang bisa diukur.
Adaptasi Visual dengan Budaya dan Arah Mobilitas Lokal
- Salah satu kesalahan paling sering dilakukan oleh brand nasional adalah memakai satu desain visual untuk semua kota. Padahal konteks lokal sangat menentukan efektivitas marketing activation.
- Contohnya, billboard di jalur Denpasar–Ubud yang mengarah ke destinasi wisata memerlukan visual slow read dengan fokus pada storytelling dan warna lembut — karena pengendara biasanya melaju pelan dan lebih menikmati pemandangan. Sebaliknya, billboard di Palembang di jalan Sudirman butuh strong contrast, headline singkat, dan visual padat karena arus lalu lintasnya cepat.
- Sebagai FULLSTOP Creative Agency Surabaya, kami sering menekankan bahwa branding strategy tidak berhenti di konsep visual. Ia harus berakar pada perilaku audiens lokal, termasuk arah pandang pengemudi, waktu aktif kota (daylight vs malam), dan konteks sosial yang sedang naik.
- Dengan memahami dinamika lokal seperti ini, billboard tak hanya “nempel di mata”, tapi juga “nyantol di kepala” audience.
Billboard di Secondary Cities Indonesia
Di era di mana digital marketing mendominasi, out-of-home marketing tetap punya tempat yang vital — terutama untuk membangun top-of-mind awareness. Tantangannya bukan lagi soal “berapa besar billboard-nya”, tapi seberapa strategis penempatannya, seberapa relevan pesannya, dan seberapa terintegrasi kampanyenya.
Melalui pendekatan berbasis data dan insight lokal, FULLSTOP Branding Agency Indonesia dan FULLSTOP Creative Agency Surabaya percaya bahwa brand activation terbaik adalah yang bisa hidup di luar layar — menemui audience di mana pun mereka berada.