
Brand Battle: Yamaha vs Honda
Dalam dunia otomotif roda dua, dua raksasa brand sudah sejak lama bersaing ketat di Indonesia: Yamaha dan Honda. Keduanya bukan hanya bertarung soal spesifikasi motor atau harga, tapi juga soal brand strategy dan aktivasi marketing. Persaingan mereka menjadi studi menarik bagi pelaku UMKM dan bisnis keluarga, terutama dalam memahami bagaimana membangun brand yang tak hanya dikenali, tetapi juga dipercaya dan dicintai.
Di artikel ini, FULLSTOP Branding Indonesia akan membedah bagaimana Yamaha dan Honda menyusun strategi brand mereka, apa yang bisa dipelajari oleh pelaku UMKM dan family business Indonesia, serta bagaimana strategi serupa bisa diterapkan dengan skala yang lebih kecil, tetapi tetap berdampak.
Honda: Konsistensi & Stay Relevant
Honda dikenal sebagai brand yang sangat kuat di sektor motor harian. Mereka membangun positioning sebagai motor yang irit, mudah dikendarai, dan tahan lama—nilai yang sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Strategi Brand Honda:
- Value-driven: Honda jarang bermain di sisi emosional, tapi kuat di komunikasi fungsional (irit, awet, praktis).
- Target audience jelas: Segmen keluarga, pekerja, dan pengguna motor sebagai alat transportasi utama.
- Tone of voice: Formal, terpercaya, dan cukup konservatif—menguatkan kesan “aman” dan stabil.
Melalui kampanye seperti “One Heart” (“Satu Hati”), Honda ingin memposisikan dirinya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Strategi ini menunjukkan bahwa konsistensi dan pemahaman terhadap kebutuhan target audience adalah kunci membangun brand yang dominan.
Yamaha: Inovasi, Lifestyle, dan Anak Muda
Di sisi lain, Yamaha memilih positioning yang berbeda. Mereka tampil sebagai brand yang lebih stylish, inovatif, dan dekat dengan anak muda. Slogan seperti “Semakin Di Depan” bukan hanya sebatas tagline, tetapi mencerminkan narasi merek yang dinamis dan kompetitif.
Strategi Brand Yamaha:
- Emotion-driven: Yamaha fokus pada pengalaman berkendara, gaya hidup, dan kebanggaan memiliki motor yang keren.
- Target audience: Generasi muda, pencinta modifikasi, dan pengguna yang melihat motor sebagai perpanjangan dari identitas diri.
- Tone of voice: Modern, semangat, dan kompetitif.
Dari sisi desain motor hingga gaya iklan di media sosial, Yamaha menghadirkan energi yang sangat berbeda dari Honda—lebih berani, lebih ekspresif, dan lebih trendi.
Marketing Execution: Honda Stabil, Yamaha Aktif
Kalau dibandingkan dari sisi aktivasi marketing, Honda tampak lebih konservatif dan menjaga ritme stabil. Iklan mereka cenderung aman dan informatif. Sebaliknya, Yamaha sangat aktif dalam melakukan campaign kolaboratif, sponsor event musik, balap, hingga digital activation di TikTok dan Instagram.
Bisa dibilang: Honda bermain aman untuk menang volume. Yamaha bermain cepat untuk rebut atensi.
Contoh terbaru adalah aktivasi Yamaha di media sosial dengan memanfaatkan tren TikTok dan menggandeng konten kreator muda. Pendekatan ini sangat efektif dalam membangun emotional connection dengan Gen Z.
Kalau ditanya, mana yang lebih unggul? Well, tidak ada jawaban pasti akan hal ini. Kedua-duanya memiliki branding strategy dan marketing activation dengan objektif sendiri-sendiri. Untuk saat ini, Honda menang dari sisi market share dan kepercayaan jangka panjang. Alasannya simple, karena Honda sudah ada sejak lama dan memberikan stabilitas dan konsistensi untuk user yang menyukai loyalitas. Bisa dibilang, target audience tidak perlu khawatir kalau pakai Honda karena sudah terpercaya. Strategi ini memang cocok untuk brand yang mengutamakan stabilitas dan kesetiaan pelanggan. Di sisi lain, Yamaha unggul dalam membangun brand awareness dan aspirasi gaya hidup. Dengan materi iklan yang style kekinian dan didukung produk yang juga bagus, marketing strategy ini sangat ideal bagi brand yang ingin dikenal karena inovasi dan trend.
Bagi pelaku UMKM dan bisnis keluarga Surabaya atau Indonesia, membandingkan keduanya bukan untuk memilih mana yang lebih baik, tetapi belajar dari strategi masing-masing dan menyesuaikan dengan karakter brand sendiri.
Apa yang Bisa Dipelajari UMKM dan Family Business?
Temukan brand positioning yang jelas
Honda dan Yamaha tidak berusaha menjadi segalanya untuk semua orang. Mereka memilih segmen yang spesifik dan konsisten di dalamnya. UMKM dan bisnis keluarga juga perlu menentukan brand positioning ini. Target audience yang seperti apa sih yang menggambarkan brand ini? Kalau hanya boleh ada 3 kata untuk menggambarkan brand ini, kata apa yang paling cocok? Dan apakah saya ingin dikenal karena fungsionalitas atau emosi?
Misalnya nih, kamu adalah owner dari family business F&B. Di Surabaya, ada banyak sekali bisnis kuliner yang dimiliki oleh bisnis keluarga. Nah untuk brand positioning bisnismu, apakah kamu ingin tampil sebagai “makanan rumahan yang mengobati rindu” (emosional), atau “makanan sehat siap saji tinggi serat dan protein untuk sibuknya hari kerja” (fungsional)? Hal-hal seperti inilah yang perlu kita pikirkan di awal.
Konsisten dalam nada dan visual
Yamaha konsisten tampil berani dan stylish. Honda konsisten tampil aman dan meyakinkan. Konsistensi dalam visual dan tone of voice inilah yang secara tidak sadar akan membuat brand kita lebih mudah diingat. Familiarity is key. Kalau orang terbiasa dengan suatu hal, maka akan lebih mudah mengingatnya di lain waktu. Itu juga kunci utama dalam branding.
Marketing activation yang tepat sasaran
Yamaha tahu kalau mencari target audience muda, saat ini platform yang paling tepat adalah TikTok dan Instagram. Maka secara strategis, Yamaha memilih investasi untuk social media activation di kedua platform tersebut. Di sisi lain, Honda justru lebih banyak investasi marketing activation di TV dan YouTube. Mengapa? Karena audience utamanya adalah tipe orang yang lebih mature dan dewasa. Tidak sering scrolling di social media seperti TikTok dan Instagram, tapi buka YouTube dan masih menonton TV.
Mencari platform yang tepat untuk menggaet target audience ini adalah kunci utama marketing. Percuma branding yang bagus kalau cara komunikasi dengan target audience saja sudah salah platform. Ingat, walaupun sekarang adalah dunia social media, tapi tidak semua bisnis itu bisa HITS hanya dengan social media saja. Jadi, sangat penting bagi UMKM dan family business owner untuk memikirkan hal ini baik-baik supaya budget marketing tersalurkan ke target audience yang tepat, seperti yang sering FULLSTOP lakukan untuk client family business owner di FULLSTOP Creative Agency Indonesia.
Tips Membangun Brand Identity & Marketing Strategy Ala FULLSTOP
Di FULLSTOP Branding Agency Surabaya, kami menyadari bahwa UMKM dan brand lokal sering terjebak di antara dua pilihan: mau jadi brand seperti Honda yang tenang tapi stabil, atau Yamaha yang dinamis tapi menantang. Terkadang, yang kita inginkan sebagai owner juga sangat banyak, tapi tidak semua brand punya budget marketing raksasa seperti Yamaha atau Honda.
Nah, secuil tips nih dari FULLSTOP Branding Indonesia yang sudah berpengalaman bekerja bersama client family business owner maupun national corporation. Jawaban dari segala kegalauan kita sebagai family business owner adalah SATU, yaitu JADILAH DIRIMU SENDIRI, tapi DENGAN STRATEGI YANG TERARAH.
Maksudnya bagaimana?
Dimulai dari hal simple seperti mengenali target audience yang diinginkan, mempunyai visi yang jelas bagaimana produk ini bisa membantu target audience tersebut, dan yang paling penting adalah… MAKE SURE YOUR PRODUCT IS A GOOD PRODUCT. Kami sebagai agency bisa membantu merumuskan brand positioning, membuat brand voice dan storytelling, merancang marketing activation yang relevan (baik digital maupun offline), dan melakukan research untuk make sure strategi yang diatur tepat sasaran. Tapi semua usaha ini akan sia-sia kalau tidak didukung dengan produk yang memang bagus— karena yang tersulit dari branding dan marketing adalah bagaimana membuat target audience mau kembali dan menjadi loyal.
Jadi kalau boleh jujur, FULLSTOP sebagai creative agency yang membangun lebih dari 50 client nasional dan internasional, sangat bangga melihat bagaimana hampir semua client FULLSTOP berhasil mendapatkan loyalitas itu. Ada brand kecantikan yang sudah bersama dengan FULLSTOP hampir 10 tahun, ada juga brand restoran F&B yang masih terus growing menambah cabang baru, dan masih banyak lagi. Ini semua dapat terjadi bukan hanya karena brand development dan social media activation FULLSTOP saja, tapi juga konsistensi dari brand untuk memberikan experience yang terbaik bagi audience-nya.
Bagaimana dengan bisnismu? Apa saja usaha untuk branding, marketing, dan mempertahankan loyalitas yang sudah kamu lakukan?