3 Brand Lokal dengan Campaign Women Empowerment

3 Brand Lokal dengan Campaign Women Empowerment

Posted by Fullstop Indonesia on 21 April 2025

Di momen Hari Kartini, FULLSTOP Branding Indonesia rasanya ingin share brand yang punya campaign women empowerment secara konsisten. Bukan hanya sebagai program dari Corporate Social Responsibility (CSR), namun brand lokal yang akan dibahas FULLSTOP Branding Agency Indonesia ini menjadikan campaign women empowerment sebagai bahan bakar brand-nya sendiri.

Apa maksudnya ya?

Sebelum menjelaskan lebih dalam soal strategi campaign ketiga brand lokal yang FULLSTOP Creative Agency Indonesia maksud, sebenernya Women Empowerment tuh apa sih? Women Empowerment atau pemberdayaan perempuan merupakan kemampuan perempuan untuk berkarya, bekerja, ambil keputusan, aktif bersuara (berargumen) di lingkungan sosialnya sehingga tidak ada lagi ketimpangan peran gender. Pada praktiknya pada bisnis / brand, sepengalaman FULLSTOP Branding Indonesia kampanye pemberdayaan perempuan ini memang cukup dekat atau dikaitkan dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah perusahaan.

Namun, FULLSTOP Branding Agency Surabaya ingin garis bawahi benang merah perbedaan di antara Women Empowerment pada CSR dan Women Empowerment yang memang benar-benar jadi bahan bakar brand. Berikut hasil riset @SuperSKWAD:

Aspek

Campaign Women Empowerment (CSR Sosial)

Campaign Women Empowerment (Model Bisnis Berbasis Sosial)

Tujuan Utama

Dampak sosial, citra perusahaan, kepatuhan regulasi

Dampak sosial sekaligus keberlanjutan bisnis

Durasi Program

Biasanya jangka pendek atau menengah

Jangka panjang, menjadi inti dari model bisnis

Sumber Dana

Anggaran CSR perusahaan

Diperoleh dari penjualan produk/jasa

Keterlibatan Komunitas

Terbatas pada penerima manfaat

Aktif dan berkelanjutan, komunitas menjadi bagian dari ekosistem brand.

Nah, setelah kenal dengan perbedaan keduanya, penasaran nggak sih brand lokal apa yang akan FULLSTOP Creative Agency Surabaya analisa di balik campaign women empowerment-nya? Sini-sini ikuti penjelasan FULLSTOP Branding Indonesia!

  1. Du Anyam: Memberdayakan Perempuan NTT Lewat Anyaman

Source: Official Instagram Du Anyam

Brand yang mengawali karirnya fokus pada pemberdayaan perempuan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) satu ini melansir dari Du Anyam, telah berkembang menjadi bisnis yang juga fokus untuk mensejahterakan masyarakat.

Awalnya satu titik di NTT, saat ini Du Anyam juga aktif memberdayakan perempuan dan mensejahterakan masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan, dan Papua. Sejak tahun 2014, Du Anyam berangkat dengan goals untuk memutus rantai kemiskinan yang dialami banyak wanita di Flores, NTT.

Seiring berjalannya waktu, saat ini Du Anyam telah memiliki 1.600+ penganyam perempuan dengan report dampak sosial yang cukup berdampak baik di NTT, maupun wilayah lainnya. Brand women empowerment yang diinisiasi oleh Azalea Ayuningtyas, Hanna Keraf, dan Melia Winata ini, sekarang juga telah membuktikan keberhasilan brand recognition-nya untuk menyentuh pasar global.

Di 2018, Du Anyam pernah juga menjadi Official Merchandise Asian Games 2018. Saat ini, Du Anyam berkolaborasi dengan IKEA untuk menciptakan sebuah produk inovasi anyaman untuk peralatan rumah tangga dengan skala global. Keren nggak sih?

  1. SukkhaCitta: Lebih dari Sekadar Pemberdayaan Perempuan

Source: Official YouTube SukkhaCitta

Menurut hasil riset FULLSTOP Branding Indonesia, founder sekaligus CEO SukkhaCitta Denica Flesch termasuk wanita pemberani yang menyuarakan tidak hanya soal pemberdayaan perempuan, tapi juga kearifan lokal dari sistem pembuatan pakaian dari kapas yang khas sesuai dengan budaya nenek moyang kita semua.

Berawal dari keberanian Denica untuk riset ke beberapa pedalaman di Indonesia, Denica akhirnya mengklaim juga bahwa kehadiran SukkhaCitta bukanlah sebuah bisnis atau badan sosial, namun lebih kepada: media perubahan. Denica tidak hanya memberdayakan perempuan lewat SukhaCitta, namun Denica juga berani memastikan bahwa bahan yang digunakan benar-benar alami dari alam Indonesia.

Campaign women empowerment SukkhaCitta juga terstruktur dengan adanya Sekolah Ibu (sekolah tata busana / produksi pakaian) di desa atau pedalaman, adanya upah yang layak, hingga akses kesehatan dan pengasuhan anak yang juga terjamin bagi perempuan yang bekerja atau diberdayakan oleh SukkhaCitta. Selain itu, kampanye terkuat dan paling berani yang konsisten disuarakan adalah adanya praktik ketidakadilan di industri fashion.

SukkhaCitta juga tetap mengedepankan penggunaan perkembangan teknologi sekarang ini untuk memberi insight audience terhadap siapa saja yang terlibat di SukhaCitta. Hal inilah yang menurut FULLSTOP Branding Agency Indonesia membuat brand lokal women empowerment satu ini “mahal” dan berbeda.

  1. Lawe: Menjaga Warisan Tenun dan Memberdayakan Perempuan

Lawe merupakan brand tekstil dari kain tenun yang didirikan sejak tahun 2004. Lahir dari goals utama melestarikan budaya Indonesia (sekaligus memberikan dampak sosial bagi wanita di Yogyakarta dan daerah penghasil tenun lainnya). Berawal dari ide 5 founder Lawe, fokus utama Lawe ada pada pelatihan dan pemberdayaan perempuan pada produksi tenun.

Mulai dari proses pewarnaan, menjahit, hingga desain produk, Lawe memadukan motif tradisional dengan kebutuhan urban market. Fokus ini membuat Lawe tidak dianggap sebagai tenun kuno, tapi juga sebagai simbol gaya hidup yang tetap aware dengan adanya budaya khas Indonesia.

Langkah Lawe nggak hanya terbatas pada pemberdayaan perempuan, Lawe juga membangun kolaborasi dengan berbagai CSR Perusahaan (yang membutuhkan produk hasil tenun), komunitas hingga pameran sosial.

Visi “Merajut Asa Perempuan Indonesia” dari Lawe membuktikan bahwa warisan budaya tetap dapat menjadi alur ekonomi inklusif berkepanjangan.

Benarkah Bisnis dengan Campaign Women Empowerment Tidak Peduli Profit?

Menurut analisa FULLSTOP Branding Indonesia, social enterprise seperti ketiga brand yang disebutkan pada artikel ini bukan berarti tidak peduli profit ya, teman-teman. Justru melalui profit, bisnis mereka dapat berjalan sesuai goals.

Wanita yang perlu diberdayakan akan mendapatkan hasil yang tidak hanya berupa upah / gaji. Mereka juga dapat mensejahterakan keluarganya. Jadi, sebenarnya bukan berarti tidak peduli profit, melainkan lebih ke arah profit mana yang lebih potensial “menghasilkan”?

Dan tahu nggak sih mengapa ketiganya lahir dengan usia yang cukup legend?

Kehadiran social enterprise tentu akan memanggil banyak donatur, komunitas dan badan sosial yang dapat mendukung goals bisnis mereka. Justru, social enterprise menurut FULLSTOP Branding Indonesia sangat dekat dengan komunitas. Sehingga untuk menjangkau lebih banyak audience, social enterprise juga lebih mudah mendapatkan jembatan atau akses ke target market-nya.

So, menurut kalian brand lokal apa lagi sih yang bakal dianalisa FULLSTOP Branding Indonesia berikutnya?

Back To List Blog