Belajar Merchandising ala Brand Korea

Belajar Merchandising ala Brand Korea

Posted by Fullstop Indonesia on 03 August 2022

Siapa di sini yang hobi belanja merchandise?

Nggak usah malu, kita semua juga begitu.

Mulai dari barang yang bisa dipakai sehari-hari seperti tote bag, tumbler, hingga barang yang sifatnya hanya untuk kepuasan visual saja seperti photocard yang sekarang banyak dikoleksi oleh kaum pecinta Korea.

Budaya koleksi merchandise pun meluas. Tidak hanya merchandise untuk artis atau karakter yang populer seperti BTS atau Pengsoo, kini banyak brand juga mengeluarkan lini merchandise sendiri yang dijual ke konsumennya. Contohnya, ada Paris Baguette Korea yang menjual picnic set lengkap dengan meja atau alas makan, picnic mat, keranjang untuk wadah makanan, hingga tas untuk membawa itu semua. Ada brand kosmetik Innisfree yang menjual merchandise berupa sarung tangan, plogging kit, dan barang upcycle lainnya dalam rangka merayakan Environment Day. Lotte Chilsung, brand minuman dari Korea, juga sering berkolaborasi dengan seniman untuk mengeluarkan merchandise seperti peralatan piknik, hingga DIY Kit untuk menghias ruangan seperti multi-purpose stationery, masking tape, dan key ring.

And the list goes on and on.

Mengutip All Top Start Ups, merchandise ini membawa manfaat cukup besar bagi brand. Selain tentunya menambah revenue stream baru di luar produk utama yang dijual, merchandising memungkinkan brand untuk menjangkau pasar yang lebih luas (Oppong, 2020).

Kok bisa gitu?

Jawabannya, karena brand visibility-mu meningkat pesat. Merchandising pada dasarnya adalah “free marketing tool”. Orang-orang yang menggunakan barang merchandise-lah yang membantu brand kita untuk semakin dikenal banyak orang. Dari sisi konsumen sendiri pun, mereka bisa lebih “dekat” dengan brand karena merasa bahwa brand tahu betul apa yang mereka butuhkan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Well, arahnya juga mulai ke sana. Brand lokal yang menggunakan artis Korea mulai memanfaatkan penggunaan merchandise untuk mendorong penjualan. Memang, merchandise yang diproduksi hanyalah selembar foto belaka. Namun, di mata fans dari artis tersebut, foto ini satu alasan yang cukup kuat untuk mengocek kantong demi mendapatkan photocard ini. Banyak juga cafe-cafe yang mulai menjual merchandise juga dalam bentuk tumbler, coffee set, dan lain sebagainya yang masih mengusung cafe vibes. Tidak lupa, pariwisata Indonesia pun juga memanfaatkan merchandise untuk dibawa sebagai oleh-oleh, seperti kaos Barong dari Bali, tas rotan, baju Batik, dan lain sebagainya.

Nah, sebagai branding agency yang sudah berkecimpung melakukan brand activation selama lebih dari 10 tahun, kami menyarankan kalian, khususnya yang punya family business atau perusahaan yang sudah punya cukup nama, untuk belajar merchandising dari brand-brand Korea.

Ada 5 poin penting merchandising ala brand Korea yang wajib kalian contoh.

Simak yuk!

Know What Your Audience Needs

Ini sih, pasti sudah tugas pertama kita di seluruh aspek branding dan marketing ya. Tanpa riset dan tanpa mengetahui apa yang lagi high demand, percuma saja kita menjual merchandise sebagus apa pun itu.

Brand Korea selalu mengikuti trend dan bisa memberikan merchandise yang lagi digandrungi oleh khalayak di momen itu. Misalnya, banyak orang Korea Selatan yang sedang gemar berpiknik dan camping. Alih-alih menyediakan merchandise yang standard seperti tumbler dan tote bag, mereka memikirkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumennya. Cara yang dilakukan adalah menanyakan: Apa yang biasa dibawa oleh orang-orang ketika melakukan kegiatan tersebut? Dari situ, ditemukanlah jawaban bahwa kegiatan camping membutuhkan tenda, kursi, alas makan, penghangat, dan lain sebagainya. Untuk piknik, dibutuhkan barang-barang seperti picnic mat, alas makan, keranjang, dan lain-lain. Nah, akhirnya dapat ide, kan, merchandise yang dijamin bakal dibeli itu apa saja.

Brand-mu pun harus pintar-pintar mencari celah seperti ini.

Misalnya, di awal-awal masa pandemi, ada kenaikan trend di dekorasi rumah agar disulap menjadi home office bagi mereka yang work from home. Situasi ini membuka kesempatan bagi brand untuk mengeluarkan merchandise yang membantu orang-orang untuk merealisasikan home office impian mereka. Mulailah bertanya, kalau aku work from home, apa saja yang bakal aku butuhkan? Perlahan-lahan, kalian akan menemukan jawabannya, seperti meja untuk laptop, mouse pad, aroma lamp, mini pillow, coffee table, dan masih banyak lagi opsi-opsi lainnya.

Intinya, kita harus mencari cara agar brand kita bisa menyediakan apa yang konsumen butuhkan.

Create Something Cute and Unique

Nggak cuma anak kecil aja, orang dewasa umur 20-30an pun suka banget sama barang-barang yang lucu. Lihat saja Miniso, Daiso, dan toko-toko lain yang menjual barang serupa. Selalu ramai dan ada aja barang-barang yang dibeli, khususnya di kalangan kaum hawa. Phone holder berbentuk kursi kecil saja bisa terjual lebih dari 10.000 di salah satu e-commerce. Ada reversible octopus plushie yang sempat ramai juga.

Sebelum kita lanjut, coba kalian ingat-ingat. Barang lucu dan unik apa lagi yang pernah kalian temui?

Mencari referensi dan mengidentifikasi produk seperti apa yang “viral” adalah salah satu tips yang harus kalian perhatikan juga. Melanjutkan contoh merchandise untuk home office, brand bisa menggunakan maskotnya (bila ada) untuk membuat aroma lamp berbentuk menyerupai karakter maskot. Bentuknya pasti unik dan belum pernah ada sebelumnya. Poin tambahan apabila karakter maskot brand-mu sudah cukup dikenal banyak orang dan memiliki persona yang menarik.

Bila memungkinkan, brand juga bisa berkolaborasi atau membeli lisensi untuk karakter-karakter yang disukai banyak orang. Contohnya ada Disney, Marvel, Line Friends, BT21, bahkan Si Juki, karakter buatan anak bangsa. Dijamin deh, barang-barang ini bakal laris manis! Tapi ingat, harus disesuaikan juga dengan segmentasi pasar ya. Kalau memang mayoritas audiens menyukai K-Pop, maka bisa dipastikan BT21 adalah branding strategy yang jitu. Kalau barangmu berbau Jepang, maka lebih baik brand menggunakan karakter dari anime. Harus pas dengan situasi dan kondisi ya!

Kalau tidak kolaborasi atau tidak memiliki maskot pun, tidak masalah.

Masih banyak sekali barang-barang yang unik dan lucu tanpa harus menempelkan sebuah karakter kok. Kalian bisa ambil referensi dari TikTok, Pinterest, dan tak lupa, e-commerce!

Use a Theme

Seperti Innisfree yang memanfaatkan tema Environment Day untuk menjual merchandise, kita juga bisa membuat atau mengikuti suatu tema tertentu. Lini produk yang dijual pada periode itu tentu saja akan menjadi sesuatu yang limited edition, tapi tidak menutup kemungkinan masih bisa digiatkan penjualannya di lain kesempatan. Ini hampir sama juga seperti teknik merchandising ala K-Pop, yang mana mereka mengeluarkan lini produk sesuai dengan album atau lagu yang akan dirilis.

Adanya tema kuat ini bisa sekaligus menjadi kampanye brand activation-mu, baik dari segi produk, promo, maupun social media marketing. Hasilnya, tidak hanya merchandise saja yang mendapatkan sales boost, produk utama dari bisnismu juga akan meningkat bersamaan.

Banyak sekali tema kampanye yang bisa diambil lho, tergantung usahamu ini berfokus di area apa. Misalnya, kalau kamu adalah family business owner dari sebuah cafe kekinian, mungkin kamu bisa mengambil tema Hari Persahabatan Internasional. Merchandise yang sekiranya sesuai ada friendship bracelet yang bisa dibeli oleh sekelompok teman. Gelang persahabatan bisa digunakan sebagai bahan untuk mempromosikan kampanye ini di TikTok agar anak-anak muda tertarik untuk mendapatkan friendship bracelet tersebut dengan teman-temannya. Dan tentunya, dari situ, bisnis utamamu akan mendapatkan keuntungan karena meningkatnya pemesanan minuman, makanan, dan lain sebagainya.

Make Your Display Instagrammable and TikTok-able

Hidup di era digital yang semuanya serba visual, brand pun harus beradaptasi agar bisa sefrekuensi dengan target pasarnya. Tidak bisa lagi menjual merchandise ala kadarnya di store, berharap orang-orang dapat dengan sendirinya notice. Tetap harus ada faktor Push dan Pull dalam branding dan marketing strategy.

Pertama-tama, kita harus membuat foto yang menarik dan aesthetic untuk ditampilkan di Instagram. Barang yang sederhana seperti mug saja bisa terlihat menarik dengan foto lifestyle seperti yang dilakukan oleh Angel in Us, sebuah coffee shop asal Korea. Oh, tidak lupa, ada Line Friends dan Kakao Friends juga, brand yang orang Indonesia pun kenal. Mereka pun memamerkan merchandise-nya dengan foto lifestyle, entah modelnya orang dewasa ketika bekerja atau anak kecil yang sedang beraktivitas. Bisa juga still photo dari produk itu sendiri, tapi ditata sedemikian rupa sehingga mendorong viewers untuk memiliki set up yang sama seperti di Instagram.

Dan… selain tampak Instagrammable, sudah saatnya kini brand merambah ke TikTok dan membuat konten yang sesuai dengan “selera warga TikTok”. Entah itu video berupa animasi, gag video, challenge, live, TikTok filter, apa pun deh yang bisa bikin kontenmu viral. Dijamin, orang-orang akan langsung berbondong-bondong menuju official store-mu untuk melakukan purchase pada saat itu juga!

Upsell and Cross-sell

Kalian perhatikan nggak, bagaimana kalau di Starbucks, menu yang kita pikirkan sebelum pesan dengan apa yang akhirnya kita dapatkan itu selalu beda? Bukan beda yang buruk ya… Tapi beda dalam artian ada aja menu tambahannya. Entah itu syrup, upgrade size, atau tambahan menu makanan.

Yap, itulah yang dinamakan dengan upsell dan cross-sell.

Alih-alih menerima pesanan customer apa adanya, staff harus dilatih agar pandai menawarkan produk yang “lebih baik” yang paling mungkin di-purchase oleh customer.

Bedanya upsell dan cross-sell apa? Well, sederhananya begini. Cross-sell adalah ketika kita memberikan tawaran produk tambahan yang complementary terhadap barang utama yang dibeli. Contohnya nih, di aplikasi GoFood, kalau kita pesan nasi ayam geprek misalnya, akan ada cross-sell supaya kita tambah tempe goreng atau es teh. Upsell sendiri adalah ketika kita memberikan tawaran produk yang lebih “high-end”. Contohnya seperti Starbucks. Minuman yang kita pesan akan di-upsell untuk upgrade size, atau tambah syrup, dan topping-topping lainnya yang membuat minumanmu lebih enak lagi. Sampai sini, paham kan?

Nah, inilah teknik yang harus dikuasai oleh staff dari bisnismu.

Apapun itu produk yang diinginkan oleh customer pada awalnya, entah itu produk utamamu atau merchandise, kita bisa menggunakan teknik cross-sell untuk menjual highlight item lainnya.

Lebih bagus lagi kalau kamu memanfaatkan space di dekat kasir untuk memamerkan merchandise yang unik dan lucu. Fix banyak orang bakal tergiur mendapatkan merchandise brand-mu ini!

Semua orang bisa melakukan merchandising

Tidak hanya bisnis retail saja ya yang bisa melakukan merchandising.

Bukan juga fans K-Pop saja yang bisa jualan merchandise.

Family business dan UMKM pun bisa mengeluarkan lini produk merchandise sendiri.

Perlahan-lahan, dengan membangun brand activation melalui merchandising, sesedikit apapun jumlahnya, lama-lama akan memberikan hasil yang nyata. Awareness pasti akan didapatkan.

So, what are you waiting for?

 

Back To List Blog